Sebuah
studi mengatakan cadangan minyak secara global akan habis dalam waktu
90 tahun ke depan. Ironisnya, ketika waktu itu datang teknologi
pengganti sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui itu diperkirakan
belum siap.
Teori
studi yang dilakukan oleh UC Davis, kampus baru di California-AS,
berdasarkan pada perkiraan harga saham akan jatuh mendekati waktu
tersebut.
Ramalan
tersebut muncul pasca dilakukannya survei pada sejumlah investor
jangka panjang, yang mana mereka dianggap sebagai peramal terbaik
tentang kapan teknologi energi alternatif baru akan berhasil menjadi
subtitusi energi yang baru.
"Hasil
temuan kami menyarankan supaya energi yang dapat diperbaharui sudah
bisa diandalkan dan mandiri, setidaknya sebelum sampai pada waktu yang
diramalkan tersebut," kata kepala penelitian Debbie Niemeier, Jumat 11
November 2010.
Tim studi menggunakan kapitalisasi pasar (market cap)
sebagai acuannya, yang berlandaskan pada harga saham dan dividen
perusahaan minyak yang memiliki saham publik, dan perusahaan-perusahaan
energi alternatif.
"Investor-investor
yang canggih cenderung menyerahkan upaya pengumpulan, pengolahan,
serta informasi tentang arus kas di masa depan pada perusahaan
sekuritas," ujar Niemeier.
"Hasilnya, perkiraan pasar di masa depan, yang mewakili prediksi konsensus sebagian besar investor, relatif akurat," tandasnya.
Niemeier
mengatakan hasil yang menunjukkan tentang ramalan energi yang dapat
diperbaharui itu tidak cukup ambisius untuk mencegah dampaknya pada
masyarakat luas, pembangunan ekonomi, dan ekosistem alam.
"Kita
memerlukan kebijakan global yang sangat kuat untuk mendorong
pengembangan teknologi alternatif bersama agar bumi beserta isinya dapat
bertahan," pungkas Niemeier. (TG Daily)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar