Tampilkan postingan dengan label Sepak Bola. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sepak Bola. Tampilkan semua postingan

Sejarah Bola Komplekku

0 komentar

Pada zaman dahulu kala, waktu aku masih sd, anak anak disini suka main bola, di komplekku ada 2 lapangan bola, lapangan pertama yang sebenarnya lapangan bulutangkis di samping mushola namun ukurannya cukup besar, dialih fungsikan menjadi lapangan bola, cukup besar karena waktu itu ukuran tubuh kami hanya sekitar 1meter. Kemudian lapangan kedua cukup besar karena memang lapangan bola di samping bengkel. Setiap hari anak anak di komplekku bermain bola dari sore sampai magrib, masing masing lapangan memiliki tim masing masing, lapangan satu menamai timnya tim eagle dan lapangan dua menamai tim mereka tim leo. Hampir setiap minggu kedua tim ini mengadakan sparing, dan selalu dimenangkan tim leo, karena mereka lebih besar daripada tim eagle. Pada suatu saat lapangan dua dikudeta oleh seseorang yang ingin memperluas wilayah kekuasaan bengkelnya, dia menghamburkan sampah dan kaca di lapangan dua, akhirnya tim leo tidak memiliki lapangan lagi, kemudian bergabung dengan tim eagle yang bersarang di samping musola, mereka berkoalisi menjadi satu kesatuan yaitu PBSKP singkatan dari pemain bola sekumpul, PBSKP memiliki suporter fanatik yang memiliki lagu lagu sendiri, mereka adalah Blukus Mania, waktu demi waktu berlalu, akhirnya tumbuhlah tim ini menjadi pemain bola remaja. Dan pada saat itu juga lapangan satu yang notabene adalah lapangan bulutangkis tidak mampu lagi memuat mereka latihan, terbukti saat sore tk alquran di musola, bola yang ditendang masuk ke dalam musola dan menyebabkan kegaduhan. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengkudeta kembali lapangan dua, karena mereka rasa mereka sudah cukup dewasa untuk itu, awalnya mereka membersihkan lapangan dari rerumputan dan kekacaan, kemudian mereka membuat tiang gawang dengan paring yang diambil dari belakang komplek permata hijau, dan berhasil, PBSKP memiliki lapangan yang lebih besar lagi,, sudah sekitar 5tahun setelah dibentuk, veteran veteran yang dulunya tim leo sedikit demi sedikit menghilang, ada yang pindah, ada yang kuliah ada yang bekerja, tersisalah tim pbskp junior yang masih perlu banyak latihan. Dan pada suatu saat, aku sudah smp, ada pertandingan di lapangan tanjung rema dan PBSKP memutuskan untuk ikut, di manageri oleh pa Samud, PBSKP mempunya kostum pertama kali miliki, kostum merah hitam, dan pada saat itu untuk pertama kalinya PBSKP mengikuti turnamen dan untuk pertama kalinya juga kalah, dengan skor 4 1, dengan gol yang sangat tidak masuk akal ketika seorang kiper lebih memilih layangan putus daripada bola yang mengarah ke gawangnya,, itu adalah pengalaman pertama mereka. Setelah pertandingan itu mereka masih rutin latihan setiap sore, namun hanya untuk bersenang senang, tidak ada lagi keinginan untuk ikut pertandingan,  generasi berlanjut, PBSKP junior tidak lagi junior, mereka merekrut anggota baru yang masih dini untuk meneruskan mereka, sebagai generasi ke3, saat itu aku sudah sma, dan PBSKP dengan kostum baru mereka merah ungu sayang sampai sekarang masih dipakai,,
Namun sekarang kedewasaan dan perkembangan teknologi sudah mengubah cara pikir anak anak di konplekku, mereka lebih memilih ke warnet atau main ps daripada bermain bola, dan sekarang tidak ada lagi bola yang menggelinding di lapangan yang sudah penuh dengan semak beukar itu, tidak ada lagi penerus PBSKP, karena mereka sekarang sudah sibuk, sibuk dengan pekerjaan, ada yang kuliah, ada yang keluar kota, dan sepertinya tidak ada lagi PBSKP generasi selanjutanya, PBSKP hanya akan jadi cerita mereka ketika suatu saat nanti mereka bertemu berkumpul bersama lagi

Wasit Paling Fenomenal Dalam Sepakbola

0 komentar

masi inget gg gan ma kejadian ini?
BYRON MORENO adalah wasit terbaik Ekuador. Lugas, dingin, dan tak mudah goyah. Karena itu, ketika Federation Internationale des Football Association (FIFA) meminta Federasi Sepakbola Ekuador (FEF) menugaskan seorang wasit untuk putaran final Piala Dunia 2002 di Jepang/Korsel, Moreno-lah yang menjadi pilihan.

Tak banyak yang mengenal Byron Moreno sebelumnya. Bahkan meskipun setelah dia memimpin sejumlah pertandingan penting kelas dunia. Tetapi hari itu, Selasa 18 Juni 2002 pukul 18.30 WIB di Daejeon -dalam sebuah pertandingan perdelapanfinal antara tuan rumah Korsel versus Italia- nama Moreno menjadi amat terkenal. Francesco Totti diusir dari lapangan. Gol Damiano Tommassi dianulir atas alasan offside, dan tuan rumah Korsel melenggang ke delapan besar berkat golden goal Ahn Jung-hwan. Gli Azzurri pun menangis, merasa mereka kalah bukan oleh tuan rumah, tetapi akibat pelintiran wasit.
Tetapi Moreno dibela -tentu saja- sebagian besar oleh orang-orang Korsel, FIFA, dan juga pendukung tim tuan rumah itu. Guus Hiddink yang menjadi tukang poles Ahn Jung-hwan dkk bahkan meminta orang-orang Italia legawa dan menerima kenyataan bahwa mereka memang kalah. ”Itu lebih terhormat,” tegas Hiddink kala itu. Waktu berjalan, dan kontroversi tersebut dengan cepat terkubur. Pertanyaan tentang siapa yang hebat: Korea, Italia, atau Moreno pelan-pelan juga tergusur dari ingatan.
Namun empat bulan kemudian -Minggu 8 September 2002- Moreno menyeruak lagi. Tentu dengan kejutan yang lebih besar. Sebagai wasit ”kaliber” versi FEF, hari itu dia ditugaskan untuk memimpin partai penting di Liga Ekuador: tuan rumah Liga de Quito menjamu Barcelona Guayaquil.
Ketika itu, sampai waktu pertandingan hampir habis, skor masih 2-3 untuk kemenangan tim tamu Barcelona Guayaquil. Moreno lantas memberi tanda ke asisten wasit agar ada injury time selama enam menit. Asisten wasit pun mengangkat board time, memberitahu tim yang bertanding, ofisial, penonton, dan pemirsa televisi, ada enam menit lagi waktu tambahan.
Apa istimewanya dari injury time itu? Tak ada, semua wajar. Karena memang banyak pelanggaran yang terjadi dalam salah satu pertandingan paling kasar di Liga Ekuador tersebut.
Namun, Moreno memang penuh kontroversi. Meskipun dia telah memberitahu asisten wasit bahwa waktu tambah cuma enam menit, tapi yang dia laksanakan di lapangan adalah: 13 menit! Rekor injury time terlama di dunia.
Dan buah dari ”ulah” Moreno itu, tuan rumah mencetak dua gol tambahan pada menit ke-98 dan 101 -atau menit ke-8 dan 11 injury time- sehingga Quito berbalik menang 4-3. Barcelona tersingkir. Moreno dihukum tak boleh memimpin pertandingan selama 20 kali oleh bos FEF Luis Chiriboga. Siapakah yang hebat: Korsel, Italia, atau Moreno-kah?