X2 SMA Negeri 1 Martapura





SARDEN itu aslinya siapa yang nemuin? aku aja lupa kepanjangannya apa.. hha. Pokoknya  tentang kelasku di SMAN 1 Martapura n tepatnya waktu aku kelas X, banyak yang bisa dikenang di kelas ini gak bisa disebutin satu satu,. gk kerasa sekarang dah lulus, padahal baru kemaren rasanya kenalan sama temen temen di kelas ini. 

dibawah ada puisi bikinan temen temen waktu itu tugas bahasa indonesia semester 1  oleh pak Dalhar, hhe

ini dokumentasi kelas X2 kalo mau bisa di DUNLUD

Tarian air berlian
KARYA ALHASAN
Air terjun menghempas buih
Gemuruh menderu hebat mendahsyat
Mangalir mendengar mendebar deburan

Air berlian ditimpa sinar
Gumancar pancar gemercik percik
Hati terkenang kehidupan sendiri
Mendungpun awan bawa hiburan






Penari


Karya Annisa Mayasari

Lemah gemulai lekuk tubuhmu
Matamu indah bak mutiara  cemerluang
Eloknya tarianmu seakan membawaku
Pergi menambas cakrawala

Ahh .. indahnya !

Laksana burung merpati
Tegak berdiri kau tegas menari seakan dunia hanya milikmu
Acuh namun tegas
Diantara mata memandang
Kau…

Menakjubkan !


kau???

karya Antung Nur Rahmilayanti


Siapa kau?
Kau pasang muka tak bersalah
Lanjutkan lagi
Siapa kau?
Kau pasang muka tak peduli
Teruskan lagi
Siapa kau?
Kau pasang muka tak kenal
Tetap begitu
Siapa kau?
Kau pasang muka heran
Tetap lupa
Habis kesabaranku, Ku ambil semua
Kau bingung, sebab apa gerangan terjadi
Siapa kau?
Kau menangis kehilangan
Mohon seperti sedia kala
Siapa kau orang sombong?
Sudah terpuruk, luluh lantah, baru kenal.!!!


MALAIKAT TUA
Oleh Ayuningtyas Galuh P


Sedang apa kau ?
Bahu legammu lemah
Punggungmu seperti akan runtuh
Apa yang kau sandang ?
Seonggok ranting kering ?
Tampak sengsara
Tapi, bukankah kau awali hidupmu dengan ranting itu ?
Menerobos kejamnya waktu

Apa itu di dadamu ?
Di tubuhmu ?
Garis vertikal dan horizontal
Gerangan itu kenangan bangsa shinto ?
Gerangan itu sisa masa lalu
Terlihat jelas
Kelam...
Buram...
Suram...

Kutengok wajahmu
Terkembang senyum ikhlas
Bak malaikat

Sepertinya...
Kau akrab dengan si sengsara dan si derita
Kau gadaikan kebahagiaan demi mereka
Kau rela
Kau ikhlas
Bahkan, kau tak sempat merasakan hasil perjuanganmu
Karena kau terlalu akrab dengan mereka

Kau lupa usiamu
Kau angkuh dengan waktu
Apa yang akan terjadi kau tak mau tahu
Kau tak peduli dikala kau tak dihargai

Watak itu seperti kukenal
Gairah itu
Semangat itu
Kau masih muda




Jalan Cinta

Oleh bayu saputra

Dikala cinta hadir
Bagai bunga yang baru mekar

Dikala cinta bersemi
Bagai burung terbang melayang

Dikala cinta diterjang badai
Bagai rumah dilanda gempa

Dikala cinta ditelan buni
Bagai tiang di tengah gurun



TAK UBAHNYA NASIB
Karya Devi Nor Utami

Gumpalan awan putih
Berebut menghias langit
Dengan bentuk mereka yang unik
Mencoba langit tuk diukir
Bisik angin yang merdu
Ia menenangkan gemuruh kalbu
Dalam balut selimut debu
Menutup seluruh hawa nafsu
Dalam genggam harapan
Terdapat banyak rintangan
Dalam tanduk pinta hamba
Menguraikan air mata
Memintanya
Mengubah nasib hamba
Ingin hamba mengubah nasib
Membelah laut mengubah rupa
Mengejar cahaya menggapai surga
Sungguh!
Hamba akan mengubanya menjadi lebih baik



Dingin Sepi Dingin
Karya : Dian Kustanti


Dingin sepi dingin
          Beku darahku
Dingin sepi dingin
          Kaku tulangku
Dingin sepi dingin
          Bergetar hatiku
Dingin sepi dingin
          Waktu lari mengejarku
Dingin sepi dingin
          Apa dayaku
Dingin sepi dingin
          Melati untukmu
Dingin sepi dingin
          Mimpiku untukmu
Dingin sepi dingin
          Kau abadi di hatiku









BERISI


goresan pena : Eka. Supriyatna


Ada yang membenci
Ada yang berduka
Ada yang bahagia
Ada yang menyukai
Ada yang marah
Ada yang diam seribu bahasa
Ada yang sinis.

Inikah berkah Tuhan
Inikah cinta Tuhan
Inikah garis Tuhan

Yang menjadi parasit
disebuah langkah hidupku.

Mungkin ini karma
yang harus kunikmati
dalam tiap langkah goresanku.














LILIN DI BALIK AWAN

KARYA : EIRLIN FEBRIANA




Malam telah larut dan sunyi menghampiri dewi malam
Kau datang membawa pelangi dalam kehidupanku yang kelam
Bagai lilin yang menerangiku dalam gelap


Kau ada disaat awan buram menghampiriku
Kau hadir disaat air mata menetes dipipiku
Tapi kini kau menghilang dengan sejuta tanda tanya dalam hidupku


Siapakah dia sebenarnya ?
Pelangi yang indah kini hilang menjadi awan buram
Dia menghilang diantara warna dunia

Tapi ………..

Kini dia datang bagai pedang platina
Yang menancapkan ujung pedangnya padaku
Hingga ku tak mampu lagi bangkit mengintari fatamorgana mengalahkan awan buram ini
























HIDUPKU

KARYA : EIRLIN FEBRIANA


Hidupku bukan seperti Berbie
Yang memiliki wajah seperti mentari

Hidupku bukan seperti pasar
Tapi bagaikan Bulan diatas nisan yang berjajar

Hidupku bukan seperti dongeng
Yang berakhir diiringi tawa kecil
Tapi, hidupku bagaikan awan kelam
Yang meneteskan air dalam kehidupan


Hidupku bukan seperti taman
Yang tersusun indah berseri

Tapi hidupku bak gunung
Semakin tinggi mendaki semakin sulit angin menerjang























Tak mampu lupakan semua
Oleh:Erna maulidah
Memandang diujung pulau itu
Tak terlihat……
Namun nampak oleh kedua biji bola mata ini…
Ada serupa bagunan tegap disana….

Kokohkah kini?
Jangan bertanya!

Beradu ombak-ombak itu mengancam
Robohkan separuh kepercayaan
Meski takut,tapi tetap menatap

Kokohkah kina?
Coba lihat saja!

Perlahan angin membawa kabar
Air mata saja tak bisa menetes
Mungkin terlalu menyesal
Takut pada takdir….

Kokohkah kini?
Mungkin tidak!

Semakin  menyipit…….
Menangkap bayangan yang tak mampu tergapai
Berharap masih ada
Meskipun hanya puing

Kokohkah kina?
Tidak lagi!

Sayang….
Jam pasir tak mengembalikan waktu
Dongeng bodoh yang sudah kupercayai
Hanya semakin menambah bendugan kesedihan ini

Kokohkah kini?
Aku sudah menyerah!

Lalu?bagaimana?
Sudah tak bisa menangkap bayangan itu lagi
Jauh sudah tergantikan oleh bayangan lainnya

Tapi…
Ada segelintir cerita
Yang sudah dunia lukiskan pada langit



HIDUP
                                  Karya: Ihsan Rifahmi Noor

Pena ku berbicara
Sebuah curahan hidup yang tertulis dalam benak ku
Dia tidak mau mengakui semuanya
Rasa cintaku terhadapnya habis sudah

          Mungkin hidup ini tidak adil
          Gentong yang sudah terisi air habis sudah
          Angin kencang menghancurkan bangunan surga

Tetapi…
Semua itu terbayar sudah
Embun pagi menyadarkan marah ku

          Kubalut rapi semua emosi
          Dan kembali fitri

















Korupsi


oleh Irfan Rizki rahman

Kau cambuk Negara ini
Kau nodai moral bangsa ini
Kau tampar Negara ini
Kau buang wajah Negara ini
Dengan para tikus
Yang akau sebar di Negara ini

Kau bagai lintah
Mengambil barang tampa meminta
Ratusan arwah melayang karnamu
Biadap !!
Jahanam !!
Korupsi ini !!










RASA INGIN


Puisi karya : M.RAGA NIZAR APRILEO



Kembali tertumpuk rasa yang berat
Rasa ingin didekatmu bersama
Dengan imaji yang melayang-layang
Membentuk suatu campuran warna indah


                                  Melihat mangkuk kuning bercahaya
                                  Sedang melayang diatas sana
                                  Dan bercak-bercak putih kuning pun
                                  Ikut melayang-layang membentuk
                                  Satu kesatuan abstrak begitu indah



Cahaya merah berapi telah disusun rapi didekatku
Keadaan itu dapat mengingatkan pada sosok anggun disudut sana
Sosok anggun itu selalu temaniku dengan dongeng-dongeng
Yang menyertai mimpi indahku



Terima Kasih
Karya Ravie Azemy Hernarsi


Merekalah pembimbingku
Dalam keraguan
Penerangku
Dalam kegelapan malam
Tutur katamu membimbing diriku
Belaian lembut tanganmu menuntun langkahku
Agar aku memilih jalan terbaik bagiku
Tanpamu diriku bukan siapa-siapa
Beribu-ribu terima kasih kuucapkan padamu
Orang tuaku  






















Kepadamu
Oleh M. Taufik Ramadan

Kepadamu aku memohon
Bagai permaisuri dan raja
Kepadamu aku menyembah
Bagai budak dan raja
Kepadamu aku beribadah
Bagai melihat bunga di taman
Kepadamu aku bertobat
Dengan semua kebenaran



























3 tahun
Oleh Masrina Erliyani


dari tempat aku berdiri
sebuah bintang merah terang bersinar
sinarnya redup begitu terang
meledak tanpa suara
fatamorgana cinta
tapi sanggah akan hal itu
fatamorgana melanglang buana
semu cinta
fatamorgana melanglang buana
mengalir di air yg beku
detak" nadi jarum jam
melilit waktu senja
terngiang-ngiang
dalam derasnya badai
semu fatamorgana











Mesin Ketik


Karya M. Said Abdullah

Mesin ketik mengkilap hangat
Digerayangi menit tak acuh
Tarian jarimu kunci emas wawasan
Diam badanmu mata melanglang

Sekarang ?
Astagfirullah !

Tombak zaman mengoyak
Lembaran lembaran keringatmu
Dasar terkubur di lautan air mata
Mesin ketik berdebu berkarat RUSAK !


















Tuhanku,

By : Nirmala Cahya Illahi
Jika Kau tak hadir dalam hidupku
Meneguhkan keyakinan hatiku
Pasti ku kan menangis darah
Terpuruk dalam himpitan masalah

Tuhanku,
Engkaulah segalanya
Pemilik alam semesta
Tanpa Engkau kami tak berarti apa-apa

Tuhanku,
Engkau bersemayam di jiwaku
Engkau pegang tanganku
Engkau tuntun langkahku
Hingga tak ada ragu dalam hidupku

Tuhanku.
Engkaulah pelita penerang
Kehidupanku






Hilang Cintaku
Karya Nita F.H.

Waktu terancam sirna
Dihempaskan sang hembala
Membara hasrat didada
Untuk tidak menyapa

Bawakan secangkir darahmu
Untuk menisi relung hatiku
Pancarkan sinar hatimu
Untuk membakar diriku

Kau bunuh aku
Dengan racun dirimu
Terasa menusuk dadaku
Menembus jantung hatiku












Rintihan negaraku

Puisi karya : NOOR RISKI SHALIHIN

Tawa canda tak lagi menyapaku
Semangat seakan terbang menghilang dariku
Kebahagiaan semakin sulit ku pegang


Putih seakan menghilang
Hitam seakan datang
Ketika jurang yang gelap dan dalam muncul dihadapan


Kini engkau tak seperti dulu
Tak sekuat dikala muda
Para tikus Negara berhamburan
Menggerogoti hak para jelata


Namun kau masih tegar berdiri
Mencoba bangkit dari tidur panjang
Mengutip semangat juang
Yang dilakukan para pejuang



Kegelisahan
                                                                                                Norhalimah

Entah apa yang ada dalam tubuhku
Entah mengapa hendak kupikirkan
Bisakah sejenak ku hapuskan
Masa hitam yang kurasakan
Ingin ku curahkan semua hatiku
Diatas kertas suci ini
Namun tak sanggup ku goreskan penaku
Karena ku takut semua yang ku tuliskan
Hanyalah kepalsuan…
Kini ku menunggu waktu yang panjang
Dalam sebuah penantian
Akankah bisa ku menjadi diriku?
Memiliki jiwa yang tenang
Tiada keraguan dan kegelisahan







HIDUP
     

                                                                 oleh : NUR ARIANA DNS
  



                            
KEHIDUPAN
BAGAI MATAHARI YANG MENYINARI
BUMI SENDIRI

KEHIDUPAN
BAK MAWAR
YANG TUMBUH DALM POT HITAM SEMEN

KEHIDUPAN
LAKSANA RODA-RODA YANG BERPUTAR

KEHIDUPAN
TAKDIR KHALIFAH BUMI


























Tuhan

Karya : Pebrianti Bawani Putri

Aku bak batang tua yang rapuh
Yang penuh dengan jamur beracun
        Aku bak anjing liar yang hilang tujuan
        Di malam tak berbintang
Aku bagaikan motor tua tak bermesin dan berkarat
Oh tuhan apa guna diriku















Bumi Tak Lagi Bulat
Oleh Putri Wulandari



Merayapi reruntuhan hijau
Bangkitkan genangan mata
Gadis biru menangis darah
Karna isinya telah digaruk

Kini maha telah gusar
Sampai kapan akan sabar
Menunggu hempasan tiba
Apakah itu maunya?

Tak perlu tanda seru
Cermin saja
Tanam malaikat bilai mau
Akan tumbuh semoga

Yakin
Lompat lebih tinggi
Percaya
Baik segera tiba












Lagi dan berhenti

Karya Rahmadhani

Aku berikan tanah ini untukmu
Kau selalu berkata , lagi dan lagi !
Aku berikan air ini
untukmu
Kau selalu
berkata ,
lagi dan lagi !
Aku berikan angin ini untukmu
Kau selalu berkata , lagi dan lagi !
Aku berikan api ini
untukmu
Kau berkata ,
berhenti !!!








Anganku
Oleh Renita Meidiana Putri

Detak jantungmu mengalir bagai
Air terjun yang tergurai lepas
Tampak tak acuh
Enggan tak rela ingin ku melepas cengkramanmu

Ku membisu
Menatap alunan waktu
Yang menyiksa angan hidup ini
Hingga ku terpuruk tak sanggup berdiri
Tuk menggali harapan dalam hidup ini

Letih kuarungi
Anganku bagai bak permata
Yang terkunci dalam sebuah peti tua
Yang hilang kunci







Kesadaran
Karya Rifatun Aspiya


jiwa yang melepuh
atas debu yang bertekuk pada ombak
yang semakin menyodar
serpihan daun haus yang rusak
kemanakah debu itu mengusap
atas kejahilannya
kalau bukan pada sang segala . . . . .



























Tahajud hati
Karya Sa’da Kurnia

Lampu teplok redup
Menjaga malam basah
Seribu godaan berkeliaran

Malam risau
Memanggil langkah kaki yang melilit tajam
Disapu gemercik air dalam kendi
Ku helai kain putih
Tersungkur oleh gemuruh hati
Meluaplah segalanya












Beri Aku Jalan

karya Sri Wahyuni

Gelap mulai merambat
Malam kembali datang
Ku duduk disini sendiri
Menatap sang raja cahaya
Yang kian memudar
Kicau burung sadarkan ku kedunia nyata
Ingatkan alam sekitar berjalan dipasir putih
Dengan gemericik ombak ikuti irama kaki ku melangkah
Tanpa tujuan
Tuhan ...
Berikan aku petunjuk
Dihidupku yang hitam
Ku tak tau harus kemana
Untuk melangkah padamu  sriwahyuni









IBU

(Karya : Yulia Eka Putri)


Ibu …
Kau penerang hidupku
Kau pelangi kiwaku

Ibu…
Kasihmu tiada tara
Bak cakrawala tak terbatas
Peluh keringat yang kau cucurkan
Membuatku melihat indahnya dunia

Belain kasih sayang mu bagaikan tuntutan dalam hidupku
Kau besarkan aku seperti diwarna dunia

Ibu…
Kay bagai pelita cahaya hidupku
Agar ku tak tersesat dalam lembah kegelapan hidup

Ibu…
Hanya doa yang bisa ku persembahkan untukmu
Hanya tangisku sebagai saksi atas cintaku padamu

Walau kita saling jauh
I will always love you
Now and forever

Oh
Ibu…
Ku tak ada apa tanpamu





Tidak ada komentar:

Posting Komentar